- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Kamis, 13 April 2023
0
Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran / Koneksi Antar Materi Modul 2.3
Jumat, 10 Maret 2023
Koneksi Antar Materi - Modul 2.2 PGP
Kutiapan Kegiatan ini :
“Kreativitas
adalah tentang membuat hubungan antara satu hal dengan hal lainnya.
Ketika Anda bertanya
pada orang-orang kreatif bagaimana mereka
melakukan sesuatu,
yang mereka lakukan
adalah melihat hubungan antara berbagai pengalaman dan merumuskan hal baru.”
~ Steve
Jobs ~
Kegiatan koneksi antar materi pada modul 2.2 tentang
pembelajaran sosial dan emosional sebagai guru mempunyai tujuan mendasar yaitu
melayani siswa sebagaia mana Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu
tugas guru adalah menunutun segala kekuatan dan kodrat yang ada pada anak-anak
agar mereka sebagai manusia dan kelompok masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Proses kegiatan menuntun ini tentu
perlu dilakukan secara kolaborasi dan holistik dan berbagai pendekatan dengan
pendekatan sosial dan emosional agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan
optimal. Setelah mempelajari modul 2,2 ini tentang pembelajaran sosial dan
emosional tentu saya sebagai guru mempunyai ruang pemahaman yang lebih mendalam
dalam upaya membimbing, melayani siswa sesuai kebutuhan belajar. Di mana pada
pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) sangat penting untuk menciptakan lingkungan
belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan
kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal
dengan penerapan penerapan konsep pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka
kerja CASEL (Collaborative for Academic,
Social dan Emotional
Learning) dengan konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5
(lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE) yaitu:
- Kesadaran Diri, : memahami, menghayati dan mengelola emosi.
- Manaemen Diri, : menetapkan dan mencapai tujuan positif
- Kesadaran Sosial, : merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
- Keterampilan Berelasi, : membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
- Pengambilan Keputusan Yang Bertanggung Jawab. : membuat keputusan yang
bertanggung jawab
Mengimplementasikan Pembelajaran
Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness)
melalui
- pengajaran eksplisit,
- integrasi dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik,
- penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan
- penguatan
kompetensi sosial dan emosional pendidik dan
tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah
- Kesadaran Penuh (mindfulness)
- Perhatian/focus/atensi yang di sengaja (purposeful attention)
- Sekarang (present
moment)
- Rasa ingin tahu tanpa prasangka dan menghakimi
- Welas asih (Compassion)
Kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah
saya pelajari dengan modul-modul sebelumnya adalah
Filosofi
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka, agar meraka sebagi manusia dan anggota masyrakat
agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagi
guru menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing dengan selamat dan Bahagia.
Modul 1.2 Nilai
dan Peran Guru Penggerak :
Nilai Guru Penggerak : Mandiri, reflektif, inovatif, Kolaboratif,
berfihak pada murid. Dalam proses
menuntun guru harus berfikir dari pertanyaan Apa ynag murid butuhkan : dan apa
yang bisa guru lakukan agar proses belajar menjadi lebih baik". Peran guru Penggerak : Mewujudkan kepemimpinan pada murid Guru membantu murid dalam belajar, mamou memunculkan motivasi
murid untuk belajar ,juga mendidik karakter murid di sekolah
Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Guru dapat menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA)
melalui tahapan BAGJA, yaitu
- Buat Pertanyaan terkait pemetaan kebutuhan belajar
murid
- Ambil pelajaran dari apa yang pernah dilakukan
- Gali mimpi tentang kondisi ideal yang akan terjadi
dalam proses pembelajaran
- Jabarkan rencana
- Atur eksekusi dengan melakukan penilaian yang sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa
Penerapan
pembelajaran berdiferensiasi
di sekolah
akan membentuk Budaya Positif dengan posisi kontrol guru sebagai manager.
Guru membantu siswa merasa di
hargai dan memeiliki keterkaitan antar dirinya dengan guru, teman dan kelasnya
sengga murid merasa dirinya menjadi bagian dari kelasnya
Modul 2,1 Pembelajaran Berdiferensiasi :
- Pembelajaran
berdiferensiasi sangan erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang
berfihak kepada murid, sesuai dengan Filosofi pendidikan KHD.
- Nilai-nilai
yang melekat pada guru yaitu mandir, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan
berfihak kepad murid merupakan komponen utama dalam memwujudkan
pembelajaran berdiferensiasi
- Murid
sebagi subjek pembelajar yang beragam harus terlayani dengan baik melalui
visi misi yang baik.
- Pembelajarn
berdiferensiasi merupakan bagian dari budaya positif
Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional
Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) itu akan bertumbuh dan berkembang secara alamiah pada tiap-tiap pribadi manusia sesuai tingkat kedewasaannya. Sebagai seorang pendidik yang saya ketahui bahwa sesorang guru harus memahami 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial dalam proses pengajaran dan pembelajaran, serta terfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran secara akademik saja, sehingga hasil pembelajaran yang dihasilkan tidak optimal. Setelah mempelajari modul ini, ternyata ada pengalaman pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dengan pembelajaran sosial dan emosional (PSE) untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being)
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
- pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
- Penerapan konsep pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
- Mempraktikkan konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE). Mengimplementasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:
- Bagi murid-murid
Bagi murid-murid pembelajaran dengan mengintegrasikan
KSE dalam pembelajaran di kelas serta menciptakan budaya positif di sekolah
yang mampu memberikan penguatan kompetensi sosial emosional. Dengan penerapan kompetensi
social dan emosional di dalam pembelajaran diharapkan murid mampu mengenali dan
mengelola emosi diri, memiliki kesadaran sosial, mampu meremuskan tujuannya,
memiliki keterampilan dan membangun relasi dan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab yang diharapkan murid mampu meningkatkan kompetensi
akademiknya dan mencapai Well-being / kesejahteraan secara
psikologis. secara optimal.
- Bagi rekan
sejawat:
Perubahan yang akan saya lakukan setelah
mempelajari modul ini baik perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap
sebagai pemimpin pembelajaran bagi rekan
guru, saya adalah dengan memberikan
penguatan Komptensi Sosial Emosional (KSE) dengan 3 strategi penguatan, saya
menjadi teladan bagi rekan saya dengan menjalankan tugas nilai dan peran saya
sebagai guru mampu mengimplementasikan 5 KSE dalam pembelajaran secara
kolaborasi baik di kelas maupun lingkungan sekolah serta masyarakat.
Sabtu, 28 Januari 2023
Aksi Nyata Berbagi Pemahaman dan Pengalaman
Diseminasi Pendidikan Guru Penggerak tentang Budaya Positif
Slamet Al Matra - CGP Angkatan 7 Kabupaten Garut-
SD Muhammadiyah 3 Garut
1. Latar Belakang
Tujuan Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam hal menuntun tersebut guru berpijak pada nilai dan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, menghantarkan peserta didik pada nilai-nilai profil pelajar pancasila melalui pembiasaan, hal ini dapat dilakukan melalui budaya positif sebagaimana telah dipelajari pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif, masih ada murid yang melakukan tindakan yang belum sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Hal ini perlu dilakukan tindakan oleh guru melalui kesepakatan kelas atau keyakinan kelas dan segitiga restitusi yang telah dipelajari pada modul ini. Sekolah memerlukan budaya positif dengan membangun iklim positif, lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau kembali adalah bentuk disiplin yang dijalankan di sekolah melalui sebuah peraturan yang dimaknai sebagai sikap patuh terhadap aturan yang diterapkan di sekolah. Hal ini membawa pengaruh yang kurang baik pada diri murid. Murid menjadi tidak terlatih untuk termotivasi secara internal dalam berdisiplin, tetapi justru termotivasi secara eksternal. Dengan Tindakan aksi nyata ini diharapkan murid dan guru dapat melakukan disiplin positif yang berasal dari motivasi internal.
2. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan pada aksi nyata ini adalah :
Pendidik dapat memahami konsep Budaya Positif di sekolah.
Membentuk kesepakatan kelas atau sekolah.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pendidik dalam melakukan segitiga restitusi.
Mewujudkan disiplin positif peserta didik yang kemudian menjadi budaya positif dimana peserta didik menjalankan keyakinan kelas yang disepakati bersama dengan kesadaran diri dan tanpa tekanan.
Membentuk karakter positif pada peserta didik melalui kebiasaan-kebiasaan positif, perilaku positif, dan keteladanan dari semua warga sekolah (Guru dan murid)
3. Tolak Ukur
Kegiatan aksi nyata ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi tolak ukur sebagai berikut:
Peserta aktif dalam kegiatan.
Peserta memahami konsep Budaya Positif di sekolah.
Peserta mampu dan keterampilan pendidik dalam melakukan segitiga restitusi.
d. Peserta berkomitmen melaksanakan kesepakatan kelas atau keyakinan kelas.
e. Siswa menjalankan kesepakatan kelas tanpa tekanan
f. Terjalin komunikasi aktif antara guru dan siswa
4. Linimasa Tindakan
Linimasa atau rancangan waktu pelaksanaan kegiatan aksi nyata yang dilakukan sebagai berikut:
Menyampaikan rencana Aksi Nyata kepada kepala sekolah
Sosialisasi kegiatan kepada Kepala sekola dan guru sebagai sasaran peserta kegiatan
Menyiapkan materi/modul ajar dan perlengkapan yang dibutuhkan
Menentukan jadwal kegiatan Aksi Nyata
Menyelenggarakan kegiatan diseminasi Budaya Positif yang dihadiri oleh kepala sekolah dan rekan guru.
Menyampaikan materi kepada peserta kegiatan diseminasi.
Memfasilitasi kegiatan diskusi berbagi praktik baik disiplin positif yang telah dilakukan di kelas.
Membuat kesimpulan dan mengajak seluruh peserta agar dapat melaksanakan membuat Budaya Positif di sekolah dengan menerapkan Disiplin Positif baik bagi pendidik maupun murid.
5. Dukungan yang Dibutuhkan
Dukungan dari Kepala Sekolah dan rekan guru.
Alat/Sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti Ruang Kegiatan/kelas, infocus, speaker, layar proyektor, microphone untuk mendukung kegiatan aksi nyata.
Deskripsi Aksi Nyata
Aksi nyata yang dilakukan dalam kegiatan dimulai dengan melakukan komunikasi dengan Kepala Sekolah dan rekan guru tentang tindakan yang akan dilakukan pada tanggal 9 Januari 2023. Hal ini dilakukan agar terjalin kolaborasi antar pendidik untuk memberikan kemajuan bagi pendidikan di sekolah. Langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan aksi nyata sesuai yang telah direncanakan. Pada tanggal 22 Desember 2022, CGP menyampaikan rencana Aksi Nyata kepada kepala sekolah. Dalam kegiatan ini, kepala sekolah menyetujui rencana kegiatan In House Tranning (IHT) Deseminasi Budaya Positif yang diajukan oleh CGP. Setelah itu, CGP menyusun persiapan kegiatan IHT, meliputi proposal kegiatan Modul IHT, dan mengundang kepala sekolah dan rekan guru untuk menjadi peserta IHT. Kegiatan Deseminasi Budaya Positif di sekolah dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 17 Januari 2023 yang dihadiri oleh kepala sekolah dan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan peserta umum. Dalam kegiatan ini CGP menyampaikan materi yang dipelajari pada Modul 1.4 Budaya Positif di Sekolah. Materi tersebut antara lain Budaya Positif, Disiplin Positif, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, 5 Posisi Kontrol Guru, dan Segitiga Restitusi. Selain itu, CGP juga menyampaikan aksi nyata yang telah dilakukan di kelasnya yaitu praktik segitiga restitusi dan pembuatan kesepakatan kelas. Kegiatan Aksi Nyata selanjutnya adalah mengajak warga sekolah untuk menyusun keyakinan kelas di kelasnya masing-masing. Dengan disusunnya keyakinan kelas ini, seluruh warga sekolah diharapkan dapat meyakini setiap rumusan keyakinan kelas dan menerapkannya sehingga Budaya Positif dapat segera tercipta di sekolah. Dari kegiatan tersebut para guru di mendapatkan pengalaman dan memahami konsep – konsep budaya positif untuk dijadikan referensi dalam mengimplementasikan budaya positif di lingkungan sekolah.
Membentuk Keyakinan Kelas
Salam Bahagia Ibu / Bp. Guru Hebat
Pada kesempatan ini kami akan menyajikan tentang keyakinan kelas yang menjadi dasar dalam memecahkan masalah baik dikelas atau di sekolah sehingga diharapkan siswa mampu mengatasi setiap masalahnya dengan keyakinan atas dasar motivasi diri (Intrinsik) serta siswa mampu berfikir kritis, kreatif, reflektif dan terbuka dalam menggali nilai-nilai dituju pada peraturan yang ada di sekolah.
Ibu-bapak Guru Hebat, sebelum saya mengenal keyakinan kelas setiap awal tahun pelajaran baru saya mengadakan kontrak belajar yang sekarang menjadi menggunakan keyakinan kelas karena di dalam keyakinan kelas terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang disepakti secara tersirat baik dengan siswa maupun orang tua terkait program belajar selama satu tahun kedepan sebagai komitmen bersama untuk suksesnya pembelajaran serta daya dukung orang tua dalam pembelajaran hal ini sebagai bentuk kolaborasi guru dan siswa dalam proses belajar. Proses kegiatan membentuk keyakinan kelas pada awal masuk sekolah siswa masuk kelas dengan melaksanakan pembiasaan sehari-hari datang kesekolah menyalami guru-guru, Sholat Dhuha sebelum pembelajaran, berbaris di depan kelas sebelum masuk, dan berdoa sebelum pembelajaran dimulai.
Mengawali kegiatan di kelas guru dengan siswa bertanya jawab kabar dan kegiatan selama liburan hal ini untuk memastikan kondisi fsikologi dan kesiapan belajar siswa serta menyampaikan nilai nilai kebajikan yang didapat siswa selama liburan untuk mengaitkan pengalaman siswa nanti ketahap pembentukan kesepakatan kelas. Untuk membentuk kesepakatan kelas anak-anak di buat keleompok untuk memusyawarakan dan mendiskusikan kesepakatan kelas serta menuliskan hal yang di capai berdasarkan nilai-nilai kebajikan dengan kalimat-kalimat yang positif disusun bersama. walupun di awal siswa karena belum terbiasa membuat keyakinan kelas akan tetapi dicoba perlahan-lahan dengan melibatkan seluruh siswa dalam mengambil keputusan akhirnya siswa mampu membuat keyakinan kelas yang berfihak kepada siswa. setelah membuat kesepakan kelas kami meninjau kembali seluruh keyakinan kelas yang sudah disepakati untuk dituliskan dalam secarik kertas dan ditempelkan di dinding. Berikut ini hasil kegiatan pembentukan keyakinan kelas.